Catatan Harian Tim Aju BSMI
Kami tiba di Terminal Kahramanmaras tepat azan Isya berkumandang pada 19 Februari 2023 malam. Saat mencari tempat duduk, seorang pria paruh baya menghampiri. Mungkin karena melihat rompi BSMI, dia langsung tahu kami adalah relawan.
“Terima kasih sudah datang menolong kami, terima kasih,” ujarnya seperti diterjemahkan Dilvan, Mahasiswa PPI yang mendampingi kami sepanjang perjalanan.
Ternyata namanya Ziyad (50 tahun), pensiunan polisi Turki. Dia langsung menunjukkan kartu tanda anggota polisi. Dia sendirian. Lalu kata per kata meluncur darinya. Seperti ia sedang butuh teman untuk bercerita.
Ternyata Ziyad sedang menuju ke kota Denizli. Ia tinggal sendiri bertugas di Kahramanmaras. Namun sekarang dia pensiun. Qadarullah, ibunya wafat dalam gempa besar di Turki. Ibu dan keluarganya berada di kota lain. Ia ingin mengurus pemakaman sang mendiang ibu.
Kami mengucapkan bela sungkawa yang mendalam kepada Ziyad. Rasa empati itu yang menggerakkan relawan-relawan dari seluruh dunia datang ke Turki.
Ia seperti menemukan teman berbincang dengan Dilvan, satu-satunya rombongan BSMI yang bisa berbicara Turki. Seperti orang tua yang ingin menumpahkan semua kesedihan kepada anak-anaknya. “Dia sedih banget mas, merasa terpukul dan terganggu psikisnya. Seperti musibah menimpanya berturut-turut. Setelah gempa, kini ibunya meninggal,” ujar Dilvan menerangkan percakapannya.
Semakin lama berbincang semakin intim dia dengan Dilvan. Berkali-kali Ziyad memeluk Dilvan. Air matanya mengambang di pelupuk mata. Tak sekali kepalanya ia tempelkan ke kepala Dilvan. “Dia sudah menganggap kita anak-anak sendiri,” sebut Ziyad.
Ziyad memang nampak gusar. Terlihat jelas dari gesturnya. Kerap ia melihat jam. Sering pula bertanya kepada Dilvan, “Bus saya belum berangkat kan? saya tidak ketinggalan bus kan?”.
“Dia seperti terguncang mas, ingin segera berangkat dan bertemu dengan keluarganya. Selalu nanya soal jam keberangkatan dan busnya ke saya,” kata Dilvan.
Ziyad terus bercerita, entah apa yang dia kisahkan. Dia bahkan meminta Dilvan untuk mampir ke kotanya. Dia ingin mengenalkan Dilvan kepada keluarganya. Tak tanggung-tanggung, dia menawarkan putrinya untuk dinikahi Dilvan.
Pada bagian ini kami tak kuasa menahan senyum. Apalagi Dilvan menerjemahkan dengan malu-malu. Dilvan memang pernah cerita jika masyarakat Turki terutama di daerah pedesaan baiknya bukan main. Dilvan pernah saat berkeliling Turki dan bertemu warga di masjid, dia langsung diajak makan malam ke rumah dan diberi tempat penginapan. “Orang Turki kalau sudah baik, baik banget mas, ga nanggung,” kisahnya.
Tak terasa hampir pukul 21.30 waktu setempat, saatnya keberangkatan Ziyad menuju kota. Waktu yang sedari tadi ia tunggu-tunggu. Sebelum berangkat dia memeluk kami satu per satu. Seperti enggan melepaskan saudara baru tempat dia mencurahkan semua perasaan sedihnya.
Selamat jalan Ziyad, semoga sang ibu tercinta husnul khatimah. Selamat kembali menguatkan dengan keluarga.
Terminal Bus Kahramanmaras, Turki
19 Februari 2023
Hafidz Muftisany
Humas DPN BSMI