Teh Hangat dan Kebaikan Hati Warga Turki

Catatan Harian Tim Aju BSMI Gempa Turki

Kami sampai di Terminal Bus Kahramanmaras setelah 5 jam perjalanan dari Hatay. Kami tiba sekitar pukul 20.00 malam. Karena tiba malam hari dan mitra kami masih membeli obat-obatan di luar kota, kami putuskan menginap di terminal.

Terminal bus Kahramanmaras jauh lebih baik dari terminal Hatay yang bangunannya tidak bisa lagi digunakan. Banyak kursi kosong yang bisa buat rebahan. Toko-toko makanan juga masih buka bahkan sampai tengah malam.

PRnya hanya udara dingin. Kahramanmaras suhunya lebih dingin dari Hatay. Sementara pemanas di dalam terminal semuanya mati. Jadilah semua perlengkapan anti dingin kami keluarkan.

Saat kami turun dari bus, penumpang yang juga tentara Turki spontan membantu kami membawakan tas dan koper-koper. Meski kami bilang tidak perlu, dia tetap memaksa. Ia bilang ini bentuk ucapan terima kasihnya karena relawan BSMI datang membantu warga Turki.

Masuk di ruangan terminal, kami memilih spot kursi-kursi panjang yang dekat kamar mandi. Biar lebih praktis untuk wudhu dan bersih-bersih. Di pinggir kami ada warung yang menjual makanan dan minuman ringan.

Ingin mencari penghangat badan, Pak Sekjen Muhammad Rudi mencoba mencari teh. “Tea? any tea?” tanyanya. Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya. Akhirnya ketemu kosakata yang bisa mempersatukan maksud, “chai” atau teh. Mirip dengan bahasa Arab.

Sayang, ternyata warung tersebut tidak punya teh panas. Adanya minuman kemasan dingin dalam kulkas. Sudahlah suhu dingin ditawari minuman dingin. Pak Sekjen kembali dengan tangan hampa.

Saat kami tertidur, sekitar pukul 2 dini hari Pak Sekjen dibangunkan anak muda. Rupanya penjaga toko yang tadi. Dia mengantarkan teh hangat seperti yang diminta Pak Sekjen. Saat Pak Sekjen ingin membayar, pemuda Turki ini menolak dengan meletakkan tangan di dada. Menolak dengan sopan. Teh ini gratis untuk Pak Sekjen. Alhamdulillah.

Kebaikan-kebaikan warga Turki bagi relawan memang luar biasa. Pak Sekjen sebelumnya juga ditawari roti. Saya juga disodori biskuit.

Ucapan tulus juga berkali-kali kami terima. Sejak di bandara Istanbul menuju Hatay misalnya, kami ditanya oleh petugas bagasi. “Indonesia? terima kasih sudah menolong Turki.”

Ucapan ini kami terima dari beberapa orang. Relawan IHH yang kami temui, anak muda yang menghampiri saya saat mengetik di Terminal, Ziyad yang baru saja kehilangan ibunya, penjaga Lokanta (seperti warteg di Indonesia) di Istanbul. Semuanya mengucapkan terima kasih atas kedatangan relawan Indonesia ke Turki.

Hati warga Turki adalah hati yang hangat. Sebagaimanya hangatnya teh Turki yang dibagikan dengan tulus saat dingin menusuk tulang. Terima kasih masyarakat Turki.

Selamatkan Satu Jiwa Sambung Seribu Asa
Kahramanmaras, 20 Februari 2023

Hafidz Muftisany
Humas DPN BSMI