BSMI Jakarta, – Pengungsi anak dan balita di Lombok Utara mulai terserang penyakit seperti diare dan Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA).

Ketua tim Rumah Sakit Lapangan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) Mangaraja Victor mengatakan kerentanan terserang penyakit itu salah satunya disebabkan asupan makanan yang kurang bervariasi dan jumlah gizi.
Hal itu, kata dia, berdampak melemahnya daya tahan tubuh para terdampak gempa yang kini berada di pengungsian.
“Makanan banyak di sini nasi dan mi sehingga asupan gizi kurang bervariasi. Ditambah lagi dengan cuaca yang panas sehingga anak-anak dan balita terpapar debu,” ujar Victor dalam keterangan yang diterima Kamis (16/8).
Ia mengatakan RS Lapangan BSMI sejak Rabu (15/8) masih merawat tiga balita yang menderita diare akut dan dehidrasi sehingga harus menjalani rawat inap.
Ketua Umum BSMI Djazuli Ambari membenarkan bahwa situasi bantuan yang kurang merata juga menjadi salah satu penyebab penyakit yang diderita anak-anak dan balita di sana.
Ditambah lagi, kata Djazuli, situasi kurang gizi yang sudah terjadi sejak lama di Lombok Utara juga turut memberikan andil terhadap situasi saat ini.
“Masih ada bawaan kasus lama di samping akibat gempa yang ada sekarang ini. Jadi semakin menambah kekurangan bahan pangan juga membuat mereka kekurangan asupan dan gizi,” terang Djazuli terpisah.

Terkait bantuan pangan, pada 14 Agustus lalu, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Susianah meminta masyarakat agar tidak memberikan bantuan susu formula kepada korban dan masyarakat terdampak gempa Lombok.
“Pemberian susu formula pada situasi darurat dan bencana diatur sangat jelas melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2013 tentang Susu Formula Bayi dan Produk Bayi Lainnya,” kata Susianah, Selasa (14/8) seperti dikutip dari Antara.
Menurut Pasal 17 Peraturan tersebut, pemberian susu formula bayi dan produk bayi lainnya pada situasi darurat dan atau bencana harus melalui dinas kesehatan setempat dan dilaksanakan sesuai pedoman pemberian makanan bayi dan anak pada situasi darurat yang ditetapkan Menteri Kesehatan.
Pasal 18 Peraturan yang sama mengatur setiap produsen susu formula bayi dan produk bayi lainnya dilarang memberikan produknya secara langsung kepada bayi, ibu dan atau keluarganya pada situasi darurat dan atau bencana serta membujuk, meminta dan memaksa penggunaan produknya.
Pasal 19 Peraturan tersebut menyatakan pemberian susu formula bayi pada situasi darurat dan atau bencana hanya ditujukan untuk memenuhi gizi bayi dan kepentingan sosial serta dilakukan oleh tenaga kesehatan dan atau konselor menyusui.
“Angka ‘stunting’ atau anak bertubuh kerdil di NTB sangat tinggi. Bayi harus mendapatkan air susu ibu untuk mencegah ‘stunting‘,” kata Susianah.
Susianah mengatakan bencana dan situasi darurat jangan sampai menjadi pintu masuk bagi susu formula sehingga upaya mencegah stunting jadi terkendala.

Fasilitas MCK
Sementara itu, Djazuli mengaku masalah Mandi Cuci Kakus (MCK) bagi pengungsi turut mempengaruhi kesehatan anak-anak dan balita. Di wilayah Pemenang Barat misalnya, hampir tidak ada MCK yang memadai untuk lebih dari 3.000-an pengungsi.
Setidaknya, kata dia, dibutuhkan sekitar 300 fasilitas MCK untuk para pengungsi atau sebanyak 10 persen dari jumlah pengungsi.
“Kami sedang berkoordinasi dengan BNPB untuk mendatangkan toilet mobile. Di RS Lapangan dalam waktu dekat juga akan kami bangun fasilitas MCK,” papar dia.
Ia pun mengimbau kepada pengungsi yang memiliki anak dan balita agar memeriksakan kesehatan buah hatinya ke RS Lapangan. Selain pemeriksaan medis, ujarnya, pihaknya pun menyediakan makanan pendamping ASI dan asupan gizi tambahan untuk anak.
“Sementara untuk ibu hamil kami sudah mendatangkan dokter spesialis kandungan dengan membawa USG dari Jakarta dan pemeriksaan sudah berjalan sejak kemarin,” ujar Djazuli.
Sementara itu terkait gempa lombok, dalam siaran pers kemarin, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB menyatakan sudah terdata 460 korban jiwa hingga hari ke sepuluh pascagempa 7,0 SR. Korban terbanyak, kata Sutopo, ada di Kabupaten Lombok Utara sebanyak 396 orang.
“Lombok Barat 39 orang, Lombok Timur 12 orang, Kota Mataram 9 orang, Lombok Tengah 2 orang dan Kota Denpasar 2 orang. Jumlah korban jiwa ini masih bisa bertambah mengingat Tim SAR gabungan masih melakukan pencarian korban tertimbun longsor,” tutur Sutopo.
Sutopo menyatakan jumlah korban luka-luka tercatat 7.773 orang, di antaranya sebanyak 959 orang luka berat dan rawat inap.
Sementara untuk jumlah terdampak gempa Lombok yang mengungsi mencapai 417.529 orang di ribuan titik.
Sumber : CNN Indonesia