BSMI Jakarta, Lombok Barat – Salah satu permasalahan di pengungsian adalah ketersediaan fasilitas umum dan jauh dari memadai seperti ketersediaan air bersih, dapur MCK dan pengolahan sampah. Selain itu terdapat beberapa kelompok yang rentan terhadap efek buruk bencana yaitu anak-anak termasuk bayi dan balita, ibu hamil, ibu menyusui, lansia, penyandang disabilitas dan orang sakit.
Selama di pengungsian,sebagian pengungsi mendapatkan bantuan makanan jadi, mie instan, pakaian, selimut, obat obatan dan susu formula.
Kondisi ini harus segera di atasi, terutama bayi yang seharusnya mendapatkan air susu ibunya sendiri atau ASI, tergantikan dengan susu formula yang dibagikan secara tidak terkontrol. Padahal kita ketahui ASI adalah makanan terbaik untuk bayi hingga usia dua tahun. Karena ASI mengandung zat hidup dan berbagai zat lain yang melindungi bayi dari infeksi dan penyakit. Hal ini tidak dapat didapatkan dalam susu formula. Sehingga pemberian susu formula terutama pada saat di pengungsian meningkatkan angka kejadian penyakit diare dan infeksi lainnya akibat susahnya air bersih, sterilitas dot atau wadah minum tidak terjaga dan kandungan susu formula sendiri tidak sebaik ASI.
Melihat kondisi ini PROKAMI – BSMI menginisiasi mendirikan tenda laktasi atau menyusui di Dusun Apitaik Desa Gunturmacan Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat.
“Dalam tenda ini, ibu diberikan pendampingan cara menyusui yang benar, cara pijat oksitosin untuk merangsang ASI tetap berproduksi meskipun dalam kondisi stress akibat gempa, serta mengedukasi manfaat ASI dan bahaya susu formula bila dikonsumsi oleh bayi” ujar dr. Hj. Indri Hapsari, MSC, SpA selaku Inisiator tenda laktasi ini. Dokter Ririn, begitu sapaan akrabnya juga merupakan konselor laktasi dan sekaligus dokter spesialis anak yang bertugas di RSUD Tripat Lombok Barat.
“Kami juga bekerjasama dengan tim gizi Puskesmas Gunung Sari, melatih kader desa setempat dan ibu kepala dusun agar bisa tetap mendampingi kegiatan ibu menyusui dan mengontrol penggunaan susu formula di pengungsian. Bila ada susu formula yang didonasikan, kami harapkan para kader segera berkoordinasi dengan Puskesmas untuk mengelola susu formula menjadi makanan lain yang tepat untuk dikonsumsi, misalnya menjadi puding atau bubur untuk anak usia di atas enam bulan” ujar wanita berjilbab ini.
Dalam tenda ini juga diajarkan skin to skin contact yang bertujuan memberikan kehangatan pada bayi serta mencegah hipotermi yang membahayakan bagi bayi yang tidur di tenda. Saat ini suhu malam bisa mencapai kisaran 16 – 24 °, bahkan bisa lebih rendah dari itu di daerah tertentu seperti di wilayah Sembalun kaki gunung Rinjani. Pengungsi juga dibagikan logistik seperti selimut, tikar dan bantal.
Masih menurut Dr. Ririn, Kegiatan ini juga mendapat dukungan dan donasi dari LAZ DASI NTB, PW Salimah NTB, alumni FK UI, alumni Kalikagama dan BSMI NTB.
“Besar harapan kami kegiatan seperti ini dapat dilaksanakan di tenda tenda pengungsian lainnya, sehingga bayi mendapatkan haknya yaitu ASI untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal dan terhindar dari penyakit diare dan infeksi lainnya” tegas dr. Ririn.