Relawan Indonesia ceritakan kondisi saat gempa M 6,4 dan 5,8 guncang Hatay, Turkiye

ISTANBUL – Selang dua minggu pasca dua gempa besar mengguncang provinsi Kahramanmaras, selatan Turkiye, dua gempa baru bermagnitudo 6,4 dan 5,8 kembali melanda wilayah itu pada Senin malam, kali ini pusat gempa berada di provinsi Hatay, dekat perbatasan Turkiye-Suriah.

Gempa pertama berkekuatan M 6,4 terjadi di kedalaman 16,7 kilometer, sedangkan yang kedua dengan kekuatan M 5,8 terjadi di kedalaman 7 kilometer. Kedua gempa tersebut turut dirasakan wilayah di sekitarnya.

Otoritas setempat kini sedang melakukan penelusuran untuk memastikan tidak ada korban jiwa berjatuhan pasca gempa terbaru ini.

Badan bantuan lokal dan internasional dari berbagai negara sahabat, termasuk Indonesia saat ini tengah berada di lokasi bencana untuk mendukung Turkiye dengan mengirimkan bantuan dan relawan kemanusiaan.

Salah satu relawan dari Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) Hafidz Muftisany menceritakan kondisi saat terjadi dua gempa terbaru di Hatay kepada Anadolu.

“Sesaat sebelum gempa terjadi, kami relawan BSMI bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh baru saja tiba di kamp pengungsian di Ataturk Park di Kahramanmaras jelang waktu Maghrib,” kata Hafidz.

Dia dan tim membawa bantuan logistik sembako, obat-obatan dan mainan anak-anak. Karena waktu sudah gelap, mereka ditawarkan oleh petugas AFAD, Badan Penanggulangan Bencana dan Kondisi Darurat Turkiye, untuk bermalam di kamp tersebut bersama relawan lainnya dan para penyintas.

“Setelah selesai mengantarkan bantuan logistik, kami menuju tenda tempat menginap. Kami ditempatkan di tenda bersama penyintas warga Turki dan Suriah,” terang dia.

Hafidz mengungkapkan dia merasakan getaran kuat saat sedang makan malam di tenda bersama empat relawan lainnya.

“Setelah Salat Maghrib kami menuju cafetaria yang ada di taman guna membeli makan malam… Di tengah makan malam, bumi bergetar. Sangat kuat dan cukup lama. Lebih dari 10 detik. Guncangannya terasa ke samping,” lanjut dia.

Relawan tersebut mengatakan gempa yang baru saja dia rasakan itu berbeda dengan gempa di Petobo, Palu yang guncangan gempanya naik turun. “Mengetahui kami berada di tenda di tengah lapangan, kami cukup tenang, dan tetap berada di tenda,” jelas Hafidz.

Dia menambahkan saat itu dia dan timnya tengah menyiapkan program untuk penyaluran logistik tahap kedua dan kegiatan psikososial, termasuk program cukur rambut bagi penyintas di lokasi bencana.

“Setelah agak mereda, langsung terdengar tangisan anak-anak yang pecah bersahutan dari satu tenda ke tenda yang lain,” ungkap dia.

Hafidz mengatakan dirinya bisa merasakan trauma yang sangat kuat dialami oleh masyarakat di sana, terutama anak-anak.

Trauma besar masih mengikuti para penyintas. Beberapa warga yang kami ajak mengobrol juga menolak jika pembicaraan menyenggol tentang kejadian gempa, sebut dia.

“Kami kontak beberapa relawan yang sempat berjalan bersama, mereka mengalami kepanikan terutama yang menginap di gedung-gedung atau hotel,” pungkas relawan dari BSMI itu.

Pada Sabtu kemarin, tim kemanusiaan BSMI baru saja menyalurkan bantuan dukungan dapur umum di posko pengungsian dan logistik terutama kebutuhan perlengkapan musim dingin di wilayah Kisecik, kota Antakya, provinsi Hatay, Turkiye.

Gempa berkekuatan M 7,7 dan 7,6 mengguncang provinsi Kahramanmaras pada 6 Februari, yang mana gempa itu juga berdampak pada 10 provinsi lainnya, yaitu; Hatay, Gaziantep, Malatya, Sanliurfa, Adana, Adiyaman, Diyarbakir, Kilis, Osmaniye, dan Elazig.

Lebih dari 13 juta orang terkena dampak gempa dahsyat tersebut.

Setidaknya 41.100 orang tewas akibat dua gempa besar yang terjadi di selatan Turkiye dua pekan lalu, menurut laporan resmi terbaru dari pihak berwenang.