Banyak yang mengira bahwa Lombok telah aman. Tak ada ramai media yang membicarakan kondisi terkini Lombok dan derita yang mereka alami terlebih ancaman penyakit dan kondisi terburuk di kala musim hujan menyapa. Hingga tinggal sedikit mereka yang mengulurkan tangan untuk membantu saudara di pulau seribu masjid ini.
Cobalah kesana dan saksikan sendiri potret kehidupan apa yang sebenarnya mereka alami namun tak terliput lagi media.
Kehidupan pasca gempa?
BUKAN ! disana gempa masih berlangsung hingga ketakutan itu terus melanda.
500 ribuan jiwa hidup tanpa rumah yang melindungi keluarga mereka, bayi-bayi tidur di tenda dan ibunya hanya makan seadanya dari bantuan orang-orang. Paling sering kami temukan mereka hanya mengonsumsi mie instan. Anak-anak berlarian di antara kepulan debu, dan tak jarang mereka datang dengan terisak karena sakit perut dan muntah-muntah di depan Rumah Sakit Lapangan BSMI.
Sanitasi dan gizi yang buruk ditambah mereka tinggal di pengungsian dengan kondisi lingkungannya jauh dari kata layak.
Sering miris dan sedih kala kami saksikan tenda-tenda mereka terpancang di atas pematang sawah tadah hujan. Bayangkan ketika hujan, mereka dan anak-anak kecil itu akan terendam bercampur lumpur. Dimana mereka akan berlindung ketika semua bangunan hanya tersisa puing-puingnya yang mencium tanah.
Ingin segera membangun rumah, makanpun masih menggantung pada bantuan meski pasar telah buka. Ratusan ribu jiwa ini tak semuanya PNS atau tenaga honorer di pemerintahan yang sudah mulai beroperasi meskipun di tenda-tenda darurat.
Kondisi terparah yang menghancurkan semua bangunan justru terjadi di wilayah desa-desa yang bukan kaum menengah ke atas.
Keadaan mereka kini diperparah dengan hujan lebat yang mengguyur Lombok. Hari pertama hujan deras itu, awan hitam pekat bagai malam. Rasa trauma akibat gempa yang sudah hampir 3000 kali melanda NTB hingga skarang, ditambah lagi dengan amuk alam melalui hujan. Ketika memiliki rumah yang kokohpun kita ketakutan dengan hujan badai, apatah lagi ratusan ribu jiwa ini, para lansia, ibu hamil, anak-anak, bayi dan balita hanya tidur di dalam tenda rapuh mereka, pasrah dengan alas tidur yang mulai basah saat air merembes.
BSMI masih membersamai warga Lombok ingin membangun tempat perlindungan bagi masyarakat desa di Lombok Utara, Lombok Barat dan Lombok Timur.
Dengan bantuan designer RTG 401 yang seorang lulusan ITB (Intitut Teknologi Bandung), Rumah Tahan Gempa ini berbeda dari huntara yang lain.. didesain sesuai kebutuhan sejatinya warga disana setelah designernya merasakan langsung hidup berbaur di tenda bersama korban terdampak gempa.
Tidak panas di siang hari dan ukuran cukup luas (5 × 7 m), bisa dibangun di lahan pegungsian sambil menunggu pembersihan puing-puing beton rumah mereka. Setelah lahan mereka sendiri siap, RTG 401 ini bersifat portable yang bisa diangkut dan mudah dipindahkan. Terlebih berbahan dasar yang mudah dtemukam warga di alam.
Dukung kami bersama warga terdampak gempa membangun RTG 401 dengan menyalurkan donasi anda